20/12/08

Dalil Wajibnya Kepemimpinan Dunia Islam (Imamah)

Dalil Wajibnya Kepemimpinan Dunia Dalam Islam


(Khalifah)
Berdasarkan pengertian mutlaknya, imamah merujuk pada kepemimpinan keagamaan untuk memberi peringatan kepada manusia agar memlihara hal yang bermanfaat bagi mereka sehubungan dengan urusan agama dan dunawi, imamah bertujuan melindungi masyarakat dari hal yang mungkin membahayakan mereka

Aspek Syariah
Imamah disisi Ahli Syari’ah merupakan hal yang wajib ada, baik berdasarkan akal maupun hokum syariah; secara syariah: sebagaimana kenabian merupakan suatu yang wajib ada bagi seorang manusia yang ada dalam sikon fitrah (kondisi harmonis alamiah manusia) serta dalam keadaan islam. Secara akal manusia membutuhkan seorang imam yang terpelihara dari dosa dan menjaga hokum syariah bagi mereka—dengan jalam memberitakan pahala yang dijanjikan dan ancaman siksaan-Nya, dan hukuman melaksanakan hukuman di dunia ini yang telah ditentukan secara legal. Sebagaimana manusia membutuhkan nabi dalam penegakan syariah diawalnya, manusia juga membutuhkan pemeliharan dan penjagaan syariah tersebut pada tahab selanjutnya.

Sejalan dengan itu, jika pengiriman nabi merupakan kewajian ilahi ( sebuah perbuatan yang wajib sebagai karunia ilahi dan sebuah sarana yang wajib ada untuk menegakan keyakinan keimaan) demikian pulalah dengan pengadaan Imamah.

Dalil sehubungan dengan keharusan adanya Imamah,
Jika kita merujuk pada firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri diantara kamu(Qs. 4:59) firman ini bisa digunakan sebagai bukti bahwa Allah Swt. Telah memerintahkan orang yang beriman agar taat kepada orang-orang yang diberikan wewenang (ulil al-amr) Khalifatullah, sebagaimana Allah Swt. menyuruh untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dengan kata lain
Jika taat kepada Allah swt. & Rasul-Nya menjadi suatu hal yang wajib demikian halnya kepada Para Imam, karena perintah dalam ayat tersebut setara kewajibannya umat dalam mentaatinya antara Allah, Rasul, dan Ulil amri.

Alasan penolakan Imamah
Ulil amr adalah golongan tertentu yang terbebas dari perbuatan salah (ma’shum) dan menutup kemungkinan bagi golongan atau bangsa yang lain. Sebab akan menghilangkan makna sebenarnya..... pandangan seperti ini tentunya akan bertentangan dengan kaum muslimin kebanyakan yang tidak menempatkan Imamah sebagai salah satu rukun islam, hal ini disebabkan kurangnya mereka memahami perintah-perintah besar dalam kitabullah yang menyaratkan adanya Imamah. Mereka berargument tidaklah mungkin orang yang diberi wewenang (ulilamr) adalah dari kalangan raja dan sultan, apalagi mereka yang dikenal karena penindasan dan kesewenang-wenangannya, selanjutnya, mayoritas kaum muslimin mengatakan bahwa orang itu bukanlah seoraang imam yang ma’shum dari keluarga nabi Muhammad Saw (meski keabsahan pendapat ini didukung Qur’an).

Mayoritas umat islam terselimuti kesibukan perkara penghidupan, sehingga kurang peka terhadap amal jama’i (yang wajib ditegakkan secara berjama’ah). semisal perintah meninggalkan riba... mayoritas umat islam sekadar tidak mau membungakan uang... sehingga tak sedikit para saudagar di pelosok daerah tak mau menerima kelebihan uang yang dipinjamkan untuk usaha para pengusaha ”naga”. Dalam arti luas ayat tersebut kita diperintahkan untuk membuat sistem dan mekanisme keuangan kita yang terlepas dari hal tersebut.
Dari kebanyakan muslim mereka tidak memahami perkara kekhalifaahan, mereka kebanyakan ridho dibawah kekuasaan yang tidak rahmati, selama penghidupan mereka tidak terganggu. Karena mereka menganggap ulil amr dari kalangan sultan dan raja-raja itu memerintah dengan penuh penindasan dan penyelewengan, tidak mungkin Allah Swt menyuruh makhluknya agar taat secara mutlaq kepada mereka. Mustahil Allah menyuruh mereka taat kepada seorang penindas / seorang yang kejam sebagaimana kemuliaan asma wasifat Allah Swt yang mustahil menindas dan mustahil melakukan kedzaliman.

Alasan Mazhab Imamiyah
Dengan adanya perintah yang setara kemutlakannya untuk ditaati antara Allah swt, Rasul, dan Ulilamri hal ini menunjukan adanya imam yang ma’shum yang Allah menjaganya dari hal dosa. Jika Rasulullah dan Ulilamri dimungkinkan salah (Baik salah besar atau kecil, baik sebelum maupun setelah diangkat) tentulah akal sehat orang beriman akan menolaknya. Kema’suman ini telah Allah perjelas ketika pada zaman Rasulullah dengan janji Allah yang akan menjaga keturunan Rasulullah dalam firman-Nya:
”Sesunguhnya Allah hendak bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Qs. Al-ahzah. 33:33), dan karakter keluarga rasul sangat jelas sebagaimana Ahklaq Rasulullah yang lemah lembut sesama mukmin dan keras terhadap kaum kafir. Sebagaimana firman-Nya... Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. Ayat ini menjelaskan secara khusus mengenai masa ketika itu hingga masa depan kelak bahwa dimungkinkan tidak sedikit kaum muslimin yang enggan dibimbing para Imam (khalifah) dan memilih dengan milah (aturan main) yang berseberangan dengan milah para nabi.

Siapa Imam Yang Harus Ditaati sekarang Ini?
Di suatu ayat Allah Swt telah menunjuk Imam dengan cara yang cukup jelas di dalam firman-Nya: Sesungguhnya penolong (wali)kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan Orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka rukuk (kepada Allah). (Qs. Almaidah, 5:55). Tidak ada lain selain Amirul mukminin Ali Bin Ibn Abi Thalib,yang memberikan zakatnya seraya rukuk sesuai ijma’ tafsir. Maka dari itu, dialah yang dimaksud oleh ungkapan Allah, mereka yang diberi otorita kepemimpinan (ilil amr), artinya Allah sendiri yang memilihnya bukan atas cara demokrasi—yang kuat yang menang voting, terlepas haq atau pun bathil pemenangnya (salah).
Para Imam (Khalifah) Setelah Nabi Saw
Tulisan ini bertujuan untuk meluruskan pandangan kebanyakan umat Islam yang cenderung memberikan citra negatif kepada umat Islam Syiah yang katanya Syiah telah mengada-ada dengan 12 Imam-nya. Berikut ini adalah dalil-dalil sahih dari jalur Ahlussunnah yang berkenaan dengan 12 Khalifah (imam) penerus Rasulullah Saw yang membuktikan bahwa umat Islam Syiah tidak mengada-ada tentangnya bahkan mereka menyandarkan keyakinannya dari hadits/riwayat sahih (yang disepakati) dari kitab-kitab besar Ahlussunnah Wal Jama’ah itu sendiri.
Theorem of Leadership in Islam!
Dalil Ke-Imaman dalam Islam.
Berikut penulis menukil dalil kepemimpinan dari kitap yang dijadikan rujukan kebanyakan kaum muslimin dunia. Orang yang mengingkari Wilayah (kepemimpinan) Imam Ali bin Abi Thalib dan para imam Ahlulbait selanjutnya setelah Rasulullah saw adalah sesat/kafir/masuk neraka, tertulis jelas di dalam kitab-kitab besar Ahlussunah, berikut ini adalah dalil-dalilnya.
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah berwilayah kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 5, Sahih Muslim juz 2; Adzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal juz 4; Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib, Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; Ibnu Hajar Asqalani as-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ishabah juz 1)
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Hormatilah Ali karena Allah telah mengkaruniakan kelebihan kepadanya. Terimalah Ali karena Allah telah melantiknya untuk kalian. Wahai manusia! Sesungguhnya Ali adalah imam dari Allah. Allah sekali-kali tidak akan menerima taubat seorang yang mengingkari wilayahnya. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengampuninya. Sudah pasti Allah akan melakukan hal demikian ini terhadap orang yang menyalahi perintah-Nya mengenainya. Dan Dia akan menyiksanya dengan siksaan pedih yang berpanjangan. Lantaran itu kalian berhati-hatilah supaya kalian tidak menyalahinya. Justru itu kalian akan dibakar di neraka di mana bahan bakarnya adalah manusia dan batu disediakan kepada orang-orang yang ingkar” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi` al-Mawaddah; al-Khawarizmi dalam kitabnya al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdhib al-Tahdhib juz 1)
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Dengan akulah demi Allah, para Nabi dan Rasul yang terdahulu diberi khabar gembira. Aku adalah penutup para Nabi dan Rasul. Akulah hujjah atas semua makhluk di bumi dan di langit. Barangsiapa yang meragukan Ali adalah kafir sebagaimana kafir jahiliyah. Dan barangsiapa yang meragukan sabdaku ini, berarti dia meragukan seluruhnya. Orang yang meragukannya adalah neraka sebagai balasannya” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak juz 3)
Rasulullah saw bersabda, “Ali adalah pemimpin setiap orang yang beriman sesudahku” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Tirmidzi, juz 5; Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-mawaddah; Al-Khawarizmi al-Hanafi dalam kitabnya Al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ishabah juz 2; An-Nasa’i As-Syafi’i dalam kitabnya Khashaish Amirul Mukminin; Ibnu Asakir as-Syafi’i dalam kitabnya Tarjamah Ali bin Abi Thalib dalam Tarikh Damsyiq juz 1; Ibnu Atsir dalam kitabnya Jami’ al-Ushul juz 9)
Dalil 12 Imam Penerus Nabi Saw
Jumlah Imam (Khalifah) sebagai penerus Rasulullah saw berjumlah 12 orang. Dan orang yang ingkar atau tidak mengetahui imam zamannya maka dia telah kafir. Hal tersebut tertulis jelas di dalam kitab-kitab besar Ahlussunnah, berikut ini adalah dalil-dalilnya.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mati tanpa ketaatan (kepada seorang imam), mati sebagai murtad dan kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ahmad ibn Hanbal dalam kitabnya Musnad Ahmad, juz 3)
“Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat (terhadap seorang imam), maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim)
“Barangsiapa mati dan tidak memiliki seorang imam, ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam al-Kabir juz 10)
“Selama masih ada paling sedikit dua orang (di dunia), persoalan ini (kekhalifahan) tetap berada di tangan Quraisy.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim, Sahih Bukhari, Musnad Ahmad)
“Barangsiapa yang mati tanpa seorang imam, maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 4)
“Barangsiapa yang mati tidak memiliki imam umatnya, maka ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Hakim dalam kitabnya Mustadrak juz 1)
Dari Ali mengatakan bahwa Rasulullah saw ketika menafsirkan ayat al-Qur’an, ‘(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan Imamnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.’ (QS.Al-Isra:71) beliau bersabda, ‘Setiap kelompok akan dipanggil dengan imam zamannya.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ad-Durr al-Mantsur juz 4; AL-Qurthubi dalam kitabnya Tafsir)
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 4; Sahih Muslim; Sahih Tirmidzi; Sunan Abu Dawud; Musnad Ahmad)
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (kekhalifahan) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim)
Rasulullah saw bersabda, “Agama Islam akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Quraisy, memerintah atas kamu.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim; Syarah Nawawi)
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 imam dan pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, “Semuanya dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih At-Tirmidzi juz 2)
Rasulullah saw bersabda, “Terdapat 12 khalifah untuk umat (Islam) ini.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 5)
Rasulullah saw bersabda, “Agama ini akan tetap agung sampai datang 12 imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagungkan Allah dengan berkata Allahu Akbar dan menangis keras. Kemudian beliau saw mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Abu Dawud juz 2)
Awn mengutip ayahnya Abu Juhayfah sebagai berikut, “Aku dan pamanku sedang bersama Rasulullah saw, ketika itu beliau bersabda, “Urusan umatku akan terus berlalu sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya oleh Rasulullah saw. Ia menjawab, ‘Wahai anakku!’ Rasulullah saw bersabda bahwa mereka semua dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Mustadrak ‘ala ash-Shahihayn juz 3)
Masyruq berkata, “Kami duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, mempelajari al-Qur’an darinya. Seseorang bertanya padanya, ‘Apakah engkau menanyakan kepada Rasulullah saw berapa khalifah yang akan memerintah umat ini?’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Tentu saja kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw dan beliau menjawab, ’12, seperti jumlah pemimpin suku Bani Israil.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 1)
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku sedang berhadapan dengan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Pemerintahan dan khalifah umat islam ini akan berjumlah 12. mereka tidak akan menderita meskipun orang-orang tidak memberikan pertolongan.’ Dan menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku tentang hal itu, ‘Rasulullah saw mengatakan bahwa mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam Al-Kabir oleh Thabrani juz 2)
Dalil 12 Imam adalah Dari Bani Hasyim
Hadis-hadis tentang 12 imam adalah sahih dan mutawatir, mereka semua dari golongan Quraisy. Sekarang dari bani apakah mereka?
Jabir berkata, “Aku dan ayahku berada di hadapan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Akan ada 12 khalifah setelahku.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya pada ayahku apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw dengan pelan. Ia menjawab bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Mereka semua berasal dari Bani Hasyim!’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ Al-Mawaddah, Maktabah Ibnu Taymiyah)
Siapakah 12 Imam Itu?
Siapakah mereka (Imam 12)? Keluarga suci (Ahlulbait) Nabi? Sahabat Nabi? Berikut ini adalah dalil-dalil Sahihnya dari kitab-kitab Ahlussunnah.
Dari Ibnu Abbas, “Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa ingin hidup dan mati sepertiku dan ditempatkan di surga ‘Adn yang diciptakan Allah, maka harus mengikuti Ali dan penerusnya dan para imam setelahku, karena mereka adalah Ahlulbaitku. Mereka diciptakan dari tanahku dan diberikan pengetahuan. Kesengsaraan bagi orang yang menolak derajat ketinggian mereka. Kesengsaraan bagi orang yang menolak hubungan mereka dengaku. Semoga Allah mencabutnya dari syafaat mereka’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Hilyat Al-Awliya juz 1)
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah saw menyelesaikan shalat yang pertama bersama kami, kemudian membalik badan menghadap kami dan bersabda, ‘Wahai para sahabatku, Ahlulbaitku di sisimu adalahseperti perahu Nuh dan gerbang Tobat. Maka setelahku, berpegang teguhlah pada Ahlulbaiku, pengikut kebenaran dan keturunanku. Dan pasti kalian tidak akan tersesat’ beliau di tanya,’Wahai Rasulullah, ada berapa jumlah imam setelahmu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka berjumlah 12 dari Ahlulbaitku’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : HR. Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak Ash-Shahihain, juz 2, Al-Hakim berkata hadits ini Sahih; Musnad al-Firdaus)
Seorang Yahudi memanggil Na’tsal untuk datang menemui Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Muhammad! Aku memiliki beberapa pertanyaan yang telah lama kusimpan. Jika engkau dapat menjawabnya, maka aku akan mameluk Islam dengan pertolonganmu.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Amarah! Engkau dapat menanyakannya padaku!” Ia bertanya, “Wahai Muhammad! Bertahukanlah kepadaku penerus-penerusmu, karena tidak ada Rasul tanpa penerus.” Rasulullah saw menjawab, “Penerusku adalah Ali bin Abi Thalib dan setelahnya adalah kedua cucuku Al-Hasan dan Al-Husain, yang setelahnya akan ada 9 imam dari keturunan al-Husain yang datang secara berurutan.” Kemudian Yahudi itu berkata, “Sebutkan nama-nama mereka, wahai Muhammad!” Rasulullah saw menyatakan, “Setelah al-Husain akan ada putranya Ali (Zainal Abidin), setelahnya Muhammad (Al-Baqir), setelahnya Ja’far (Ash-Shadiq), setelahnya Musa (Al-Kazhim), setelahnya Ali (Ar-Ridha), setelahnya Muhammad (Al-Jawad) setelahnya Ali (Al-Hadi), setelahnya Hasan (Al-Asykari) dan setelah Hasan putranya Hujjah Muhammad Al-Mahdi. Maka jumlah mereka ada 12 imam.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah)
So What!
Sebagaimana Hidayah adalah suatu yang harus diusahakan, memposisikan diri dalam barisan (shab) kepemimpinan islam pun sama halnya—agar tidak sepeti buih di lautan kelihatan banyak namun terombang-ambing tak tentu arah...Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Kemana Kita Hendak Mencari Imamah Islam? Mengangkat diantara kita, mengangkat raja, atau menggikuti jalur dari keluarga Rasulullah Saw sebagaimana amanahnya..
Semoga Allah membimbing kita.